MATA SENJA

MATA SENJA


Senja adalah bagian waktu dimana kalanya sebuah piringan matahari mulai kembali menuju sisi buana merangsek atau lebih indah dikenal dengan swastamita. Keindahan yang mampu dirasakan oleh berbagai macam kalangan manusia hingga mampu merubah perspektif atau sisi pandang dari orang yang baru mampu merasakannya.
Terkadang senja menjadi sebuah saksi kisah masing-masing manusia dalam merelakan kenangan pahit dan menemukan sebuah hal baru, tak ubahnya dari kalangan para penulis yang menggunakan senja sebagai salah satu inspirasi atau gagasan pokok dalam menentukan tema swakarya nya.
Menaburkan kerling pada setiap sayatan kilaunya, berbagai macam paduan warna  berhiaskan sarayu anila hidup gencar memberikan kuas ajaibnya untuk lolong cakrawala.
Beradu dengan bentang nabastala dan panas bagaskara mencuit asmara dari dua insan yang termakan megahnya aroma senja. "Aku juga salah satu penikmat senja" ujarku tak mau kalah pada para penikmat senja lainnya.
Mereka mengerti banyak hal tentang cahaya temaram yang bersahabat dengan alam semesta di atas sana. Aku belum, jadi aku ingin berkenalan dengan senja.
Sebuah sampena dari yang maha kuasa menciptakan berbagai macam bentuk dan lingkar buana. Menepis segala stigma yang muncul untuk mengakali bahwa senja hanyalah illusi belaka, tak perlu untuk bersikap hiperbola dan terlalu mengandalkan munculnya persamaan swastamita itu setiap harinya.
Aku pernah melihat dari dua sisi, pertama sisi orang-orang yang maniak dengan indahnya nuansa senja. Mereka begitu mengagumi setiap jengkal dari senja, bak seorang putri yang berparas menawan ataupun seorang pangeran gagah dengan kuda putihnya. Dan begitu pula sebaliknya, dari sisi orang-orang yang kurang tertarik dengan adanya senja. Mereka lebih memilih untuk melihat dan melakukan hal lain, baginya senja hanyalah sebuah kontur yang tidak lepas dari perputaran buana. Apakah bedanya senja dengan fajar? dan apakah bedanya swastamita dengan arunika? keduanya sama sebuah bola raksasa panas yang terlihat memutari tempat tinggal makhluk hidup dan menjalankan bagaimana alam semesta bekerja sesuai dengan ciptaan yang maha kuasa, namun siapa sangka??? Oh... maksudku kebanyakan orang pastinya sudah tau bahwa perputaran buana mengelilingi bagaskara dan terjadinya revolusi selama satu tahun atau lebih ke planet sendiri saja, perputaran buana pada porosnya yang memunculkan gerakan rotasi dan akhirnya terciptalah siang dan malam hingga adanya swastamita dan arunika. Cukup simple untuk pembelajaran anak SD kelas 6. Hingga ketika aku menemukan senjaku sendiri, senja yang berbeda dari senja-senja lainnya, senja yang tak pernah terbayangkan olehku, dan senja yang berlainan dengan isi kepalaku. Sang Mata Senja. Mata senja bisa menjadi apapun, dan mungkin juga bukan suatu apapun.
Senja mendadak seperti bisa menjadikan orang-orang bersikap puitis atau romantis, entah karena hal apa? aku sendiri pun tak tahu. Senja mengatakan padaku " Ambillah keindahanku untuk memberikan suasana bahagia di secuil kisahmu dan berikanlah aku sedikit senyummu untuk menjadi alasan bahwa aku harus kembali esok"
Saatnya para penikmat senja untuk pulang, karena senja di langit sana telah tersenyum dan mengucapkan sampai jumpa dihari berikutnya. Sang senja telah merubah keunguan nabastala menjadi pekatnya shyam dan berganti dengan sang Dewi malam untuk memberikan pancaran pias selanjutnya. Kini mata senja yang memberikan inspirasi telah memudar. Suar biramanya membangkitkan semangat untuk senantiasa teguh pada dunianya saat ini dan berharap sang mata senja akan kembali lagi esok hari dengan segala keindahan dan keelokannya yang berkali-kali lipat untuk menyambut kebanyakan mata para penikmatnya




Putri Mentari
Semarang, 18 September 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HALAL HARAM HANTAM

MUSIBAH DAN BENCANA

JILBAB WAJIB, TAK ADA IKHTILAF